Tips Membentuk Karakter Dan Moral Anak

Cara Membentuk Moral Anak – Membentuk moral anak bisa dilakukan melalui story telling (dongeng). Kegiatan membaca dongeng dan berdiskusi antara orang tua dan anak ini mampu dilakukan di rumah.

Anak tentu saja menjadi anugerah terindah bagi setiap orangtua. Namun, ketika sang buah hati beranjak remaja atau cukup umur, bisa jadi anak yang sudah dibesarkan dan dididik sebaik mungkin, menjadi anak yang tidak mengerti nilai – nilai moral dalam kehidupan.

Kondisi tersebut pastinya mengecewakan alasannya adalah apa yang semenjak dini ditanamkan, hilang begitu saja. Padahal, membentuk moral anak bisa dijalankan sejak dini, bahkan dikala anak memasuki tahun pertama usianya.

Bagaimana Cara Membentuk Moral Anak?

Hal tersebut terungkap dalam seminar pendidikan dan parenting bertajuk Education in the Changing World, di Kemang Village, Jakarta Selatan, sementara waktu kemudian. Hadir sebagai pembicara, Kepala Sekolah Pelita Harapan (SPH) Brian Cox M Ed dan Koordinator Sekolah SPH James T Riady.

Selain dua pembicara tersebut, pelatihan juga didatangi oleh Pendiri Layanan Konseling Keluarga dan Karier Roswitha Ndraha, Sport and Arts Director Universitas Pelita Harapan Karawaci Stephen Metcalfe BA, dan Rektor Universitas Pelita Harapan Jonathan Parapak. Berbagai topik seminar diangkat dengan tujuan menawarkan yang terbaik bagi belum dewasa Indonesia.

Seperti diungkapkan James T Riady, yang membawakan makalah bertajuk Youth with a Vision. Dalam makalahnya, ia banyak menyinggung perihal kemajuan moral anak yang tidak saja didapatkan di sekolah.

“Pengetahuan yang tinggi, tidak menjamin seseorang mampu memiliki moral yang bagus. Namun, dikala anak-anak memiliki moral yang baik, otomatis mereka mampu menilai mana pendidikan yang baik dan jelek,” papar James. Peran orangtua dalam merencanakan belum dewasa yang mempunyai visi dan masa depan, menurut James, sangatlah penting. Lewat orangtua, anak-anak belajar segala sesuatu.

“Pendidikan formal berfungsi melatih anak-anak untuk memperbaiki lingkungan sekitarnya. Sedangkan dengan pengetahuan moral, belum dewasa diajak berpikir dan membangun akhlak dan karakter dirinya yang bagus,” tambah James dalam seminar yang diselenggarakan oleh Sekolah Harapan Kita itu.

Sedikit berlawanan dengan James, penerima pelatihan yang juga pengajar di Jakarta, William Pakpahan menyampaikan, pendidikan moral untuk bawah umur mampu dijalankan di rumah, bisa dengan membahas buku – buku kisah bareng orangtua, membaca kitab suci ataupun mendongeng.

“Saya memang seorang pengajar, namun saya tidak percaya di sekolah-sekolah formal anak bisa menerima pendidikan moral yang betul-betul mampu menjamin anak kita menjadi anak yang bagus,” kata pengajar yang juga ayah tiga putra ini. Karena itu, lanjutnya, ketika berkumpul dengan bawah umur saya di rumah, saya menanamkan nilai-nilai moral dengan menceritakan kisah – kisah dalam kitab suci.

Menanamkan pendidikan moral untuk anak-anaknya juga dilakukan William dengan sesering mungkin mengajak anak-anaknya yang masih belia mengunjungi panti-panti asuhan, panti jompo, sampai memperlihatkan perlindungan untuk bawah umur jalanan.

”Pernah suatu waktu anak saya bertanya, mengapa banyak anak kecil menyanyi di lampu merah. Setelah itu, untuk mengetuk hatinya dan membangkitkan rasa simpatinya, saya mengajak anak saya untuk menyaksikan lebih dekat bagaimana bawah umur kecil itu mencari sesuap nasi,” terangnya.

Mengajak anak eksklusif menyaksikan kejadian sehari-hari yang membuatnya trenyuh, ternyata sangat mengena di benak belum dewasa William. “Sejak itu, mereka tidak pernah lagi mencampakkan / buang nasi saat makan ,” tutur William. Dari pengalaman tersebut, William berkesimpulan bahwa pendidikan moral harus bisa dipraktikkan pada anak-anak, dari rumah sampai di lingkungan sekitar, tergolong di jalanan.

Tahap Perkembangan Moral Anak

1. Perkembangan kuantitas menuju kualitas

Ketika anak mulai mengenal larangan orang tua, anak cenderung menilai dosa atau kesalahan menurut besar-kecilnya akhir perbuatan yang ditimbulkannya. Misalnya, anak menganggap bahwa menjatuhkan beberapa gelas secara tidak sengaja lebih besar dosanya dibandingkan dengan menjatuhkan satu gelas secara sengaja. Pada tahap permulaan perkembangan moral, anak tidak memperhitungkan komponen motivasi. Baru pada usia yang lebih besar, ia mulai mengerti bahwa mutu sebuah perbuatan harus diperhitungkan dalam menilai benar-salah.

2. Ketaatan mutlak menuju inisiatif pribadi

Pada awalnya seorang anak akan menaati apa yang dibilang orangtuanya. Inilah peluang terbaik orangtua untuk mengajarkan apa yang harus diajarkannya alasannya masa ini akan cepat berlalu. Setelah itu, anak akan lebih terikat dengan perjanjian-perjanjian. Pada tahap ini, anak akan bermain dengan peraturan yang dapat diubah sesuai kesepakatan sebelumnya. Karena itu, teriakan ?’curang” sewaktu anak bermain akan terdengar keras ketika peraturan bareng ini dilanggar.

Anak juga sungguh peka terhadap ketidakkonsistenan orang tua bila orangtua melakukan perbuatan yang tidak cocok dengan yang diajarkannya. Bagi mereka, orangtua pun semestinya terikat dengan peraturan yang mereka tetapkan bagi anak-anaknya.

Bila perkembangan moral anak berjalan baik, pada usia remaja tamat anak telah mempunyai prinsip moral yang menjadi miliknya pribadi dan yang mengarahkan tingkah lakunya. Anak tidak gampang lagi dipengaruhi lingkungannya. Sebaliknya, anak akan melakukan perbuatan menurut prinsip moral yang dimilikinya.

3. Kepentingan diri menuju kepentingan orang lain

Tahap permulaan pertumbuhan moral anak yakni egosentris alasannya anak masih memusatkan perhatian pada dirinya. Tujuan suatu perbuatan yaitu kesenangan pribadi dan kenikmatan. Bila pertumbuhan moral anak berjalan baik, barulah pada usia yang lebih sampai umur, individu mampu menyaksikan kepentingan orang lain dalam melakukan tindakan moralnya. Bukan itu saja, pengorbanan kepentingan diri dapat dilakukan demi kesejahteraan sobat-sahabat sebayanya. Misalnya dengan membagi permen yang dimilikinya, ataupun mengajak teman-temannya untuk berbagi boneka kesayangan.

Demikian artikel ini, semoga dapat mendatangkan manfaat bagi pembacanya.

You May Also Like

About the Author: Vidia Putri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *